1. Completeness (Kelengkapan)
Masalah kelengkapan mempengaruhi studi HE dalam dua cara. Pertama,muncul pada langkah analisis bahaya dimana tidak bisa dipastikan bahwa semua stuasi berbahaya telah diidentifikasi. Kedua, bagi bahaya yang telah diidentifikasi, analis bahaya tidak dapat menjamin bahwa semua kemungkinan penyebab dan potensi dampak kecelakaan telah dipertimbangkan. Mustahil bagi seorang analis untuk mengidentifikasi semua bahaya dan
mungkin bisa salah menilai. Meskipun demikian, analis yang sudah berpengalaman dalam melakukan HE, menggunakan tekni HE yang tepat dan pengalaman yang relavan akan dapat mengurangi keterbatasan dalam kelengkapan HE ini.
mungkin bisa salah menilai. Meskipun demikian, analis yang sudah berpengalaman dalam melakukan HE, menggunakan tekni HE yang tepat dan pengalaman yang relavan akan dapat mengurangi keterbatasan dalam kelengkapan HE ini.
2. Reprodusibilitas
Keterbatasan yang juga sangat penting untuk diperhatikan dari Hazard Evaluation adalah hasil dari Hazard Evaluation itu sendri, karena hasilnya sangat subyektif dan sulit untuk diduplikasi meskipun oleh para ahli dalam bidang ini. Meskipun dengan metode berbasis pengalaman dan prediksi, untuk mendapatkan hasil studi Hazard Evaluation yang berkualitas tinggi, sangat tergantung kepada penilaian yang baik dari analis. Analis harus selalui mengaris bawahi mana yang merupakan asumsi dan mana yang merupakan fakta, sehingga hasil hazard evaluation yang dilakukan dapat dikaji ulang oleh analis berikutnya jika diperlukan untuk diperdalam.
3. Ketidak Jelasan Teknik
Evaluasi bahaya dapat menghasilkan ratusan halaman laporan dan table, memerlukan waktu berjam-jam untuk mereview dalam meeting, seperti menggunakan teknik fault tree dan event tree, dan teknik lainnya. Banyak analis yang kebingungan untuk menyimpulkan atau menginterpretasikan data olahan dari teknik HE yang digunakan. Untuk mendapatkan hasil yang efektif dari suatu studi HE sangat tergantung pada metode yang digunakan dan besarnya masalah yang dianalisis. Evaluasi bahaya yang baik tentu akan menghasilkan rekomendasi yang jelas dan dapat dipahami dan diimplementasikan.
4. Relevansi Basis Pengalaman
Beberapa metode evaluasi bahaya hanya bergantung pada pengalaman dari analis dengan proses operasi yang sama (misalnya teknik Checklist). Teknik lain melibatkan prediksi dari analis untuk memprediksi sebab dan akibat dari potensi bahaya berdasarkan kreatifitas dan justifikasi dari analis. Semua teknik berharap dapat memanfaatkan semua pengalaman yang pernah terjadi, namun jika tidak ditemukan pengalaman serupa maka teknik prediktif sangat diperlukan untuk evaluasi bahaya seperti teknik HAZOPatau FTA. Jadi pengalaman yang relevan dalam melakukan evaluasi bahaya sangatlah penting untuk mendapatkan hasil yang baik, jadi tidak cukup hanya dengan menguasai teknik evaluasi bahaya.
5. Subjektif
Evaluasi bahaya harus dilakukan oleh team yang memiliki kualifikasi dan pengalaman dalam bidangnya. Meskipun demikian kebanyakan hasil evaluasi bahaya didasarkan pada penilaian subjektif dari team karena banyak kejadian yang dinilai berdasarkan scenario yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sifat subjetivitas ini menimbulkan kekurang yakinan dari hasil yang diperoleh, sehingga rekomendasi pengendalian yang direkomendasikan seringkali diabaikan. Sebagian berkeyakinan bahwa teknik kuantitatif jauh lebih dari teknik kualitatif, karena teknik kuantitatif dapat menutupi atau menghilangkan prediksi dalam evaluasi bahaya. Meskipun seharusnya tidak demikian, karena kedua metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang terpenting adalah bahwa team harus memiliki keyakinan terhadap apa yang sudah putuskan dalam evaluasi bahaya.
No comments:
Post a Comment