Friday, July 5, 2013

Heat Stress

Yang dimaksud dengan heat  stress disini adalah reaksi fisik dan fisiologis pekerja terhadap suhu yang berada diluar kenyamanan bekerja. Paparan panas terhadap tubuh dapat berasal dari lingkungan kerja (panas eksternal), panas yang berasal dari aktivitas kerja (panas internal) dan panas karena memakai pakain yang terlalu tebal. Heat stress terjadi apabila tubuh sudah tidak mampu menseimbangkan suhu tubuh normal karena besarnya beban panas dari luar. Jika tubuh terpapar panas, maka sistem yang ada didalam tubuh akan menpertahankan suhu tubuh internal agar tetap pada suhu normal (36-38 C) dengan cara mengalirkan darah lebih banyak kekulit dan mengeluarkan cairan atau keringat. Pada saat demikian jantung bekerja keras memompa darah ke kulit untuk mendinginkan tubuh, sehingga darah lebih banyak bersirkulasi di daerah kulit luar. Ketika suhu lingkungan mendekati suhu tubuh normal, maka pendinginan makin sulit dilakukan oleh sistem tubuh. Jika suhu luar sudah berada diatas suhu tubuh maka sirkulasi darah dan keringat yang keluar tidak mampu menurunkan suhu tubuh kesuhu normal.  Dalam kondisi seperti ini, jantung terus memompa darah kepermukaan tubuh, kelenjar keringat terus mengeluarkan cairan yang mengandung elektrolit ke permukaan kulit dan penguapan keringat menjadi cara yang efektif untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap konstan. Namun jika kelembaban udara cukup tinggi, maka keringat tidak dapat menguap dan suhu tubuh tidak dapat dipertahankan, dalam kondisi ini tubuh mulai terganggu. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan individu untuk bekerja dilingkungan panas. Dengan banyaknya darah mengalir kekulit luar, maka pasokan darah ke otak, otot-otot aktif dan organ internal lainnya menjadi berkurang sehingga kelelahan dan penurunan kekuatan tubuh mulai lebih cepat terjadi. Konsentrasi bekerja juga mulai terganggu.
Bekerja di area panas dapat meningkatkan potensi terjadinya kecelakaan, misalnya karena telapak tangan licin akibat berkeringat, pusing, fogging dari kaca mata safety dan luka bakar jika tersentuh benda panas. Selain dari bahaya ini jelas, frekuensi kecelakaan, secara umum tampaknya lebih tinggi di lingkungan yang panas daripada di kondisi lingkungan yang lebih moderat. Salah satu alasannya adalah bahwa bekerja di lingkungan yang panas menurunkan kewaspadaan mental dan kinerja fisik individu. Peningkatan suhu tubuh dan ketidaknyamanan fisik dapat meningkatkan emosi, kemarahan, dan kondisi emosional lainnya yang kadang-kadang menyebabkan pekerja mengabaikan prosedur keselamatan atau kurang hati-hati terhadap bahaya ditempat kerja.
Paparan berlebihan terhadap lingkungan kerja yang panas dapat mengakibatkan berbagai gangguan terhadap tubuh. Berikut adalah gangguan yang dapat terjadi akibat panas:
Heat Stroke
Heat stroke adalah akibat yang paling serius dari bekerja di lingkungan panas. Hal ini terjadi karena sistem pengatur suhu tubuh tidak mampu mempertahankan suhu tubuh dengan mengeluarkan keringat (keringat terhenti). Suhu tubuh naik secara dramatis, dan korban mengalami gannguan mental serta kejang-kejang. Jika hal ini terjadi, korban harus segera dikeluarkan dari area panas dan ditempatkan diarea dingin, tubuhnya harus dibasahi dengan kain basah untuk menurunkan suhu tubuhnya sebagai pertolongan pertama. Selanjutnya korban harus dibawa kerumah sakit untuk mendapat pertolongan lebih lanjut. Jangan sampai terlambat karena bisa berakibat kematian.
Heat Exhaustion
Heat exhaustion atau kelelahan panas dapat mengalami beberapa gangguan klinis yang dapat menyerupai gejala awal heat stroke. Kelelahan panas diakibatkan oleh hilangnya sejumlah besar cairan tubuh melalui keringat, kadang-kadang disertai kehilangan cairan elektrolit yang berlebihan. Pekerja yang mengalami kelelahan panas masih berkeringat tetapi mengalami kelelahan, pusing, mual atau sakit kepala. Dalam kasus yang lebih serius, korban bisa muntah atau hilang kesadaran, kulit basah atau lembab, pucat atau memerah dan suhu tubuh normal atau sedikit diatas normal. Pada kondisi ini korban harus segera dipindahkan ketempat yang dingin untuk mendapatkan perawatan dan istrihat yang cukup.
Heat Cramps
Heat cramps atau kram panas adalah terjadinya kram atau kejang pada otot-otot akibat kehilangan cairan elektrolit, meskipun sudah minum air secukupnya namun tidak bisa menggantikan garam didalam tubuh, bahkan air yang diminum mengencerkan cairan elektrolit yang ada didalam tubuh dan semakin mempermudah cairan elektrolit tersebut keluar dari tubuh sehingga kadar cairan elektrolit makin rendah, dan hal ini menyebabkan otot mengalami kram yang menyakitkan. Biasanya kram dapat terjadi pada otot kaki, lengan, atau perut. Biasanya otot-otot yang lelah akan lebih mudah kram. Kram dapat terjadi selama satu atau setengah jam, dan dapat dipulihkan dengan meminum cairan yang mengandung elektrolit atau garam.
Fainting
Fainting atau pingsan  bisa terjadi bagi pekerja yang tidak terbiasa bekerja dilingkungan panas. Pada saat bekerja terjadi pembesaran pembuluh darah dibawah kulit dan bagian bawah tubuh mempertahankan suhu tubuh, sehingga darah terkumpul disana dan otak mengalami kekurangan suplai darah. Setelah pekerja yang pingsan dipindahkan ke ruangan yang lebih dingan dan dibaringkan untuk membiarkan darah mengalir ke otak agar korban sadar kembali.
Heat Rash
Heat rash atau biang keringat dapat terjadi pada lingkungan panas yang lembab, dimana keringat tidak bisa menguap dan menempel dikulit atau kulit tetap basah, sehingga memuncukan biang keringat. Untuk menghindari biang keringat pekerja bisa beristirahat diruangan yang dingin dan mandi bersih serta mengeringkan kulit. Jika biang keringatnya parah, maka sebaiknya berobat ke dokter kulit.
Transient Heat Fatigue
Transient heat fatigue adalah kelelahan panas sementara yang terjadi karena ketidaknyamanan akibat paparan panas yang dapat menyebabkan ketegangan mental atau psikologis. Biasanya terjadi pada pekerja yang rentan terhadap panas, dan dapat mengganggu kinerja, koordinasi dan kewaspadaan. Tingkat ketahanan terhadap panas dari pekerja yang suka mengalami transient heat fatigue dapat dinaikkan secara bertahap dengan menyesuaikan diri dengan lingkungan panas.
ACGIH  (American Conference of Industrial Hygienist) memberikan nilai ambang batas (NAB) untuk paparan bekerja dilingkungan panas. Tujuan dari penentuan NAB adalah untuk menjaga agar suhu tubuh berada pada kondisi normal atau dibawah 38 deg C.
Nilai temperature yang tercantum didalam table diatas adalah merupakan hasil pengukuran dengan menggunakan heat stress monitoring atau dikenal dengan WBGT (baca wibget). Nilai WBGT merupakan fungsi dari kelembaban, radiasi panas dan temperature normal. Jadi tidak bisa hanya diukur dengan thermometer biasa dan kemudian digunakan pada table diatas.
Cara membaca table ACGIH diatas:
Kolom acclimated adalah untuk pekerja yang sudah terbiasa bekerja pada lingkungan panas dan Un-acclimated adalah untuk pekerja yang belum terbiasa bekerja dengan lingkungan panas atau pekerja baru. Biasanya kondisi daya tahan tubuh seseorang bisa menurun jika sudah lama tidak bekerja pada lingkungan panas, maka dalam hal ini digunakan kolom un-acclimated. Jika hasil pembacaan WBGT adalah 28.5 deg C, maka untuk pekerja yang sudah biasa dengan lingkungan panas (acclimated) boleh 50% bekerja dan 50% istirahat untuk kategori pekerjaan berat dalam setiap jamnya, jika pekerjaan sedang maka 75% bekerja dan 25% istirahat dalam setiap jamnya. Namun untuk pekerja yang un-acclimated maka 25% bekerja dan 75% istirahat untuk pekerjaan berat dalam setiap jamnya, atau 50% bekerja dan 50% istirahat untuk pekerjaan sedang dalam setiap jamnya. Definisi beban kerja menurut ACGIH adalah sebagai berikut:
Kerja ringan        :Adalah pekerjaan dengan menggunakan mesin dan tidak menggunakan tenaga, pekerja berdiri atau duduk dalam mengoperasikan mesin tersebut.
Kerja Sedang     :Berjalan sambil mengangkat atau mendorong benda dengan berat sedang seperting scrubbing dalam posisi berdiri.
Berat          :Menyekop pasir Bering, memotong dengan gergaji.
Sangat berat       :Menyekop pasir basah.
Di Indonesia juga ada SNI yang mengatur tentang nilai ambang batas iklim kerja, yaitu SNI 16-7063-2004. Tabel berikut menunjukan nilai ambang batas pengendalian iklim kerja (panas).
Kriteria beban kerja menurut SNI:
  • Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100 – 200 kilo kalori/jam.
  • Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih besar 200 – 350 kilo kalori/jam.
  • Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih besar dari 350–500 kilo kalori/jam.
Keputusan menteri tenaga kerja nomor  KEP–51/MEN/I999 tentang nilai ambang batas faktor fisika di tempat kerja juga memberikan nilai batasan yang sama dengan SNI tersebut diatas.

1 comment: