Monday, March 17, 2014

Menangkal rasa kecewa

Semangat Pagi

Hari Baru, Teman-teman.
 
Kalau disakiti atau dikecewakan oleh orang lain, apa yang Anda lakukan? Diam saja? Atau melakukan pembalasan? Kalau Anda tidak membalas, kenapa? Memang tidak mau membalas, ataukah karena Anda tidak mampu membalasnya? Beda jauh loh. Kalau kita tidak membalas karena memang tidak mau tentu hati kita plong ketiplong. Ringan aja rasanya. Memang nggak mau membalas kok. Gak ada beban lagi kan? Tapi perasaan kita tidak mungkin bisa seenteng itu jika ingin membalas namun tidak mampu melakukannya. Sudah disakiti oleh orang itu, eh kita menyakiti diri sendiri pula dengan keinginan untuk membalas yang tidak kesampaian. Kalau Anda, kenapa tidak membalas?
 
Saya sudah mengajukan pertanyaan ini kepada cukup banyak orang; “Apakah Anda pernah dikecewakan oleh orang lain?” Ternyata, orang dewasa pada umumnya menjawab ‘pernah’. Yang menarik dari riset kecil itu adalah ini; ada beberapa orang yang mengatakan ‘tidak pernah’. Kenapa menarik? Karena dalam proses interaksi yang sedemikian intensnya, orang-orang – yang jumlahnya sedikit ini – tidak pernah dikecewakan orang lain. Jika benar demikian, tentu kita ingin memiliki hubungan ideal seperti itu kan? Tentu. Karena dikecewakan itu pasti tidak enak rasanya.
 
Lantas, kepada mereka yang ‘tidak pernah dikecewakan orang lain’ ini saya bertanya; “Apakah Anda pernah merasa kecewa?” Biasanya, orang yang saya tanya berpikir dulu. Kadang ada bunyi “emmh…..” keluar dari bibirnya sebelum memberikan jawaban. Hal ini menandakan bahwa didalam dirinya ada proses ‘konfirmasi’ atas jawaban sebelumnya. Bagaimana pun juga, jawaban atas pertanyaan kedua ini mesti sejalan dengan jawaban yang sudah diberikan atas pertanyaan pertama tadi.
 
Saya sering menemukan bahwa; kita kadang tidak memahami bedanya ‘dikecewakan’, dengan ‘rasa kecewa’. Hal ini terbukti dari orang-orang yang awalnya mengatakan ‘tidak pernah dikecewakan oleh orang lain’ lalu meralatnya. “Bukannya tidak pernah dikecewakan sih,” demikian katanya. “Tapi, ya udah nyantai aja. Jadinya kita tidak merasa kecewa.” Begitu lanjutnya.
 
Dari eksperimen ini, kita bisa lebih memahami bahwa selama berinteraksi dengan orang lain, hampir tidak mungkin tidak pernah dikecewakan orang lain. Karena faktanya, kita tidak selalu bisa ‘menyeleksi’ orang-orang yang kita anggap tidak akan mengecewakan kita. Istri atau suami, misalnya. Bukankah mereka itu adalah pilihan terbaik kita? Perempuan memilih satu diantara jutaan lelaki untuk menjadi pasangan hidupnya. Dan pilihan itu dibuat, dengan keyakinan bahwa lelaki itu tidak akan mengecewakannya. Lelaki pun sama. Memilih perempuan terbaik diantara jutaan perempuan yang ada.
 
Apalagi kalau cuman teman biasa, kan? Kita, terbuka untuk berinteraksi dengan siapa saja. Padahal, ketika berinteraksi dengan orang lain itu; terbuka peluang atau kemungkinan jika orang itu akan mengecewakan kita. Tentu, tidak semua orang mengecewakan kita. Tapi, ada saja yang begitu kan ya? Makanya, setelah mendapatkan pertanyaan kedua tadi; hampir semua – jika tidak bisa disebut 100% – orang yang saya tanya menyatakan bahwa benar, dirinya pernah dikecewakan oleh orang lain.
 
Yang membedakannya adalah; ada orang yang ‘menyimpan’ kekecewaan itu dalam hatinya, dan ada yang tidak. Nah, yang menyimpan kekecewaan itulah yang secara spontan menjawab ‘pernah dikecewakan’ oleh orang lain. Sedangkan orang yang tidak menyimpan kekecewaan itu, bahkan ‘tidak ingat’ jika dirinya pernah dikecewakan. Dari temuan ini, kita bisa menarik pelajaran bahwa kecewa atau tidaknya kita tidak ditentukan oleh sikap atau perlakuan orang lain kepada kita. Melainkan, oleh ‘bagaimana kita mengelola perasaan’.
 
Orang-orang yang tidak kecewa itu, ternyata bukannya tidak pernah dikecewakan. Malah ada yang bilang:”Woooaah, itu mah sudah makanan sehari-hari dong Kang Dadang….”. Sering banget teman kita itu dikecewakan. Tapi, perlakuan mengecewakan itu sama sekali tidak menjadikan dirinya kecewa. Sementara ada diantara kita yang dikecewakan oleh orang lain puluhan tahun lalu, tapi rasa kecewa itu masih bersemayam didalam hatinya. Sehingga meski waktu sudah berjalan sedemikian jauh, rasa sakitnya terasa masih segar dalam ingatan batinnya.
 
Saya tidak akan meminta Anda untuk memilih. Mana yang Anda sukai; membiarkan rasa kecewa itu terus menerus menyakiti hati Anda, atau merelakannya. Selain Anda sudah dewasa, saya juga tidak memiliki kepentingan apa-apa atas pilihan hidup yang Anda buat. Dan saya, tidak ingin ikut campur soal itu. Lagi pula, saya sendiri pun memiliki banyak hal yang mesti saya beresin secara pribadi kan? Kita semua mempunyai PR masing-masing pastinya.Yang akan saya minta untuk Anda lakukan sekarang adalah; dua hal ini saja:
 
Satu, mengurangi sikap, tindakan dan perilaku yang bisa membuat orang lain kecewa. Karena, belum tentu orang itu bisa menerima perlakuan kita secara lapang dada. Boleh jadi, kekecewaan yang kita buat itu dibawa-bawanya sepanjang hayatnya. Bayangkan, betapa banyak doa buruk yang diucapkannya untuk kita. Jika Tuhan mengabulkan doa buruknya itu; bisa dibayangkan apa dampaknya pada hidup kita? Kalaupun kita tidak mendapatkan balasan semasa hidup, mungkin semua amal baik kita ludes digunakan untuk menutupi sakit hati mereka. Rugi kan kita?
 
Yang kedua, memaafkan orang-orang yang telah mengecewakan kita. Dengan memaafkan itu, semua beban berat dalam hati kita akan dengan sendirinya pergi menjauh. Semakin kita memaafkan, semakin memudar semua kekecewaan, dan semakin ringan kita punya perasaan. Jika masih ada perasaan berat dalam hati kita, mungkin kita belum benar-benar memaafkan. Karena jika kita sungguh memaafkan, semuanya kita serahkan kepada Tuhan. Urusannya, sudah bukan urusan kita lagi. Biarkan saja Tuhan mengambil alih urusan itu. Sementara kita, memfokuskan diri kepada apa yang mesti kita lakukan hari ini. Demi meraih masa depan yang lebih baik dan lebih menyenangkan.
 
Dengan begitu, maka hidup kita akan tetap berasa nikmat. Meskipun kita tidak selalu bisa terhidar dari perilaku orang lain yang tidak sejalan dengan keinginan kita. Baik di rumah. Di lingkungan bertetangga. Maupun ditempat kerja. Dimana pun, kita akan asyik dan baik-baik saja. In sya Allah.

Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman – 12 Maret 2014
Author, Trainer, and Professional Public Speaker
Penulis Novel “DING and HER GOKIL PAPA!”
DK: 0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327
PIN BB DeKa : 2A495F1D
 
Catatan Kaki:
Merasa kecewa boleh saja. Normal kok. Tapi tidak perlu rasa kecewa itu disimpan terus didalam hati. Dimaafkan saja. Biar sakit hatinya segera pergi. Dan kita, bisa focus lagi kepada nikmat dan lezatnya hidup kita sendiri.
 
Kesibukan sering tidak memungkinkan saya untuk posting artikel di berbagai milist. Jadi saya prioritaskan di milist pribadi yang bisa diupdate melalui gadget. Jika Anda ingin mendapatkan kiriman artikel “P (=Personalism)” secara rutin sebaiknya bergabung disini: http://finance.groups.yahoo.com/group/NatIn/
 
Silakan teruskan kepada orang lain jika Anda nilai artikel ini bermanfaat. Dan tetaplah mengingat bahwa; Anda tidak perlu mengklaim sesuatu yang bukan karya tulis Anda sendiri. Meskipun Anda sudah berbuat baik, namun Tuhan; belum tentu suka tindakan itu (Natin & The Cubicle).
 
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
www.dadangkadarusman.com
Dare to invite Dadang to speak for your company? 
Call him @ 0812 19899 737 or Ms. Vivi @ 0812 1040 3327

Saturday, March 15, 2014

Biar Pekerjaan Terasa Ringan



Hore!
Hari Baru, Teman-teman.

Ada kalanya, pekerjaan kita itu terasa beraaaat sekali ya. Sejak bangun tidur pun kita sudah merasakan bahwa pekerjaan ini akan terasa berat. Entah karena memang dari kemarin juga sudah berat, atau karena feeling kita mengatakan bahwa ini akan menjadi hari yang sangat berat. Padahal, berat ringannya pekerjaan sama sekali tidak ada kaitannya dengan imbalan yang kita dapatkan. Jika kita merasa pekerjaan ini ringan, bayaran kita segitu. Saat kita merasa berat bayarannya ya segitu juga. Jadi, mendingan merasa ringan kan, dari pada merasa berat saat menjalaninya?

Kira-kira dua puluh tahun lalu, kalau menyetir mobil; kita mesti mengeluarkan tenaga extra untuk memutar kemudinya. Semakin besar mobilnya, semakin besar tenaga yang kita gunakan untuk memutar lingkar kemudinya. Makanya, dizaman itu sopir truk pasti badannya besar-besar. Orang kerempeng seperti saya, tidak akan sanggup mengendarainya. Sekarang beda banget. Tidak dibutuhkan tenaga besar untuk memutar kemudi sekalipun mobil yang kita kendarai itu besar. Enteng banget rasanya. Kenapa? Karena kendaraan zaman sekarang sudah dilengkapi dengan ‘power streering’. Dengan kelengkapan itu, kita bisa memutar kemudi mobil sekalipun hanya menggunakan jempol dan telujuk saja kan?

Jika pernah mengalami kerusakan pada system power steering dimobil Anda, pasti Anda paham apa yang saya maksudkan. Jika belum mengalaminya, sebaiknya Anda mencoba menyetir mobil yang tidak menggunakan power steering. Supaya Anda tahu bedanya. Dijamin, bahu dan tangan Anda akan terasa pegal. Dan hati Anda akan dongkol. Karena tanpa power steering itu, mengendarai mobil menjadi terasa sangat berat. Pekerjaan kita, kira-kira begitu juga. Bobotnya mungkin saja sama dengan yang orang lain mesti tangani. Tapi, kalau fungsi ‘power steering’ dalam hati kita tidak berjalan dengan baik; maka kita akan merasakan beban berat selama menjalaninya.

Ini loh yang membedakan, kenapa ada orang yang seneng saja saat bekerja. Meskipun pekerjaannya tidak terbilang ringan. Dan ada juga yang mengeluuuuuh saja. Padahal kalau dibandingkan dengan orang lain, dia lebih beruntung. Mungkin pekerjaannya lebih bersih. Ruang kerjanya lebih nyaman. Pendapatannya juga lebih besar. Tapi, karena peran ‘power steering’ didalam dirinya tidak berfungsi dengan baik, maka jiwanya jadi lembek. Sedangkan orang  yang fungsi power steering dalam dirinya berjalan dengan baik punya kekuatan jiwa yang lebih besar dari tuntutan kerjanya. Makanya, meski pekerjaannya berat; perasaannya ya ringan saja.

Ijinkan saya menegaskan bahwa topik kita sekarang ini adalah tentang menjadikan pekerjaan ‘terasa ringan’. Bukan tentang pekerjaan yang ringan-ringan. Kita hendak menumbuhkan perasaan ringan saat menghadapi pekerjaan. Jadi ini tidak ada kaitannya dengan beban kerja, atau tingkat kesulitan yang kita hadapi dalam pekerjaan itu. Faktanya, orang yang bekerja keras dengan tuntutan kerja yang berat masih bisa senang hati dalam menjalaninya. Bahkan sekalipun mesti berlumur lumpur, atau bermandikan keringat. Mereka tetap hepi saat bekerja. Namun orang yang pekerjaannya adem ayem diruang ber-AC di kantoran yang wah pun banyak yang pada mengeluh kan?.

Jelas sekali jika berat dan ringannya pekerjaan tidak mewakili berat ringannya perasaan. Bobot pekerjaan, sangat berkaitan dengan tugas, kewenangan, jabatan, maupun jenis profesi seseorang. Tapi kenikmatan dan kenyamanan dalam menjalaninya sepenuhnya bergantung kepada bagaimana orang itu sendiri menyikapi keseharian kerjanya. Pekerjaan boleh berat banget. Tapi kalau kita menjalaninya dengan perasaan ringan, oooh… akan ringan juga hari-hari kerja kita kan. Kita, tidak mungkin minta jatah pekerjaan dikurangi. Kita, tidak mungkin bilang kalau pekerjaan ini terlalu banyak. Kita juga tidak patut mengatakan kalau pekerjaan itu melebihi yang seharusnya.

Sebagai seorang professional, kita mesti bersedia untuk menjalani penugasan yang diberikan. Dan memberikan hasil yang memuaskan. Dan sebagai seorang pribadi kita juga mesti menjadikan setiap aktivitas yang kita jalani sehari-hari itu menyenangkan dan melegakan. Iyya dong. Agak percuma juga sih kalau karir kita bagus misalnya. Jabatan kita naik. Dan gaji kita tinggi. Tapi, kita sama sekali tidak bisa menikmatinya. Kalau begitu ceritanya sih, kita bekerja hanya karena butuh duwitnya dowang kan? Bukan butuh kesempatan untuk mengekspresikan diri atau mencurahkan kemampuan yang kita miliki.

Tidak usah jauh-jauh menilai orang lain deh. Kita saja. Pernah nggak merasa beraaat banget buat pergi kerja. Sebeel banget mau ketemu boss. Takuut banget waktu harus presentasi didepan manajemen. Hal-hal semacam itu menandakan kita masih ‘merasa’ pekerjaan ini sebagai beban berat. Dan dengan perasaan berat itu, kita tidak mungkin bisa mencurahkan seluruh kemampuan yang kita miliki untuk menghasilkan pekerjaan yang berkualitas tinggi. Seperti mobil yang tidak berfungsi system power steeringnya, kita merasa berat saat menjalaninya.

Konkritnya, apa sih power steering dalam diri kita itu? Ketulusan kita. Keikhlasan kita. Dalam menjalani hari-hari kita. Jika kita tulus ikhlas dalam melakukan sesuatu; maka tidak ada ganjalan apapun dalam hati kan? Tentu saja. Namanya tulus dan ikhlas, apapun yang terjadi akan kita jalani dengan lapang dada. Nggak ada gerutu. Nggak ada keluh kesah. Ya dijalani saja. Makanya, hati kita terasa lapang. Dan kalau hati kita lapang, biasanya kan kita bersedia untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya dong. Dan hasilnya pun pasti baik. Kalau hasil kerja kita baik, maka biasanya rewardnya juga baik.

Apa yang terjadi ketika kita mendapatkan reward yang baik? Perasaan kita menjadi semakin baik kan? Kalau perasaan kita semakin baik, kita makin tulus nggak? Iyya. Makin ikhlas? Banget. Makin baik dalam bekerja? Pastinya. Makin bagus hasilnya? Tentunya. Makin bagus juga rewardnya? Otomatis. Maka terbentuklah sebuah lingkaran yang menyenangkan. Sehingga semakin lama, kita merasa semakin senang menjalani profesi ini. Dan semakin lama, kita semakin berprestasi. Sekalipun beban pekerjaan kita semakin lama semakin bertambah berat. Namun semua itu kita jalani dengan perasaan yang ringan.
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman – 6 Maret 2014
Author, Trainer, and Professional Public Speaker
Penulis Novel “DING and HER GOKIL PAPA!”
DK: 0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327
PIN BB DeKa : 2A495F1D

Catatan Kaki:
Berat ringannya pekerjaan tidak menentukan berat ringannya perasaan. Jika kita tulus ikhlas dalam menjalaninya, seberat apapun beban kerja yang berada dipundak kita akan tetap terasa ringan. Dan kita, tetep hepi selamanya menjalaninya.

Kesibukan sering tidak memungkinkan saya untuk posting artikel di berbagai milist. Jadi saya prioritaskan di milist pribadi yang bisa diupdate melalui gadget. Jika Anda ingin mendapatkan kiriman artikel “P (=Personalism)” secara rutin sebaiknya bergabung disini: http://finance.groups.yahoo.com/group/NatIn/

Silakan teruskan kepada orang lain jika Anda nilai artikel ini bermanfaat. Dan tetaplah mengingat bahwa; Anda tidak perlu mengklaim sesuatu yang bukan karya tulis Anda sendiri. Meskipun Anda sudah berbuat baik, namun Tuhan; belum tentu suka tindakan itu (Natin & The Cubicle).

Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
www.dadangkadarusman.com
Dare to invite Dadang to speak for your company? 
Call him @ 0812 19899 737 or Ms. Vivi @ 0812 1040 3327
 

Thursday, March 13, 2014

Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan





A. DEFINISI
—-Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan :
  1. Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.1
  2. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.2
B. RUANG LINGKUP KESEHATAN LINGKUNGAN
—-Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu :1
  1. Penyediaan Air Minum
  2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
  3. Pembuangan Sampah Padat
  4. Pengendalian Vektor
  5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
  6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
  7. Pengendalian pencemaran udara
  8. Pengendalian radiasi
  9. Kesehatan kerja
  10. Pengendalian kebisingan
  11. Perumahan dan pemukiman
  12. Aspek kesling dan transportasi udara
  13. Perencanaan daerah dan perkotaan
  14. Pencegahan kecelakaan
  15. Rekreasi umum dan pariwisata
  16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk
  17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
—-DiIndonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu :3
  1. Penyehatan Air dan Udara
  2. Pengamanan Limbah padat/sampah
  3. Pengamanan Limbah cair
  4. Pengamanan limbah gas
  5. Pengamanan radiasi
  6. Pengamanan kebisingan
  7. Pengamanan vektor penyakit
  8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana
—-
C. SASARAN KESEHATAN LINGKUNGAN
—-Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut :3
  1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis
  2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
  3. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis
  4. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum
  5. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat yang bersifat khusus.
D. MASALAH-MASALAH KESEHTAN LINGKUNGAN DI INDONESIA
—-MasalahKesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk mengatasinyadibutuhkan integrasi dari berbagai sector terkait. Di Indonesia permasalah dalam kesehatan lingkungan antara lain :2,4
1.    Air Bersih
—-Airbersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatandan dapat langsung diminum.
—-Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
  • Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
  • Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l)
  • Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)
2.    Pembuangan Kotoran/Tinja
—-Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai berikut :2,5
  • Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
  • Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau sumur
  • Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
  • Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
  • Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
  • Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
  • Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
3.    Kesehatan Pemukiman
—-Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :2,6
  • Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
  • Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
  • Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup
  • Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
4.    Pembuangan Sampah
—-Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan faktor-faktor /unsur, berikut:6
  • Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi
  • Penyimpanan sampah
  • Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
  • Pengangkutan
  • Pembuangan
—-Denganmengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan masalah-masalah ini secara efisien.
5.    Serangga dan Binatang Pengganggu
—-Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibitpenyakit yang kemudian disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untukPenyakit Kaki Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari penyakittersebut diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.
—-Binatangpengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.
6.      Makanan dan Minuman
—-Sasaranhigene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan, jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel).
—-Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan meliputi :6
  • Persyaratan lokasi dan bangunan
  • Persyaratan fasilitas sanitasi
  • Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
  • Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
  • Persyaratan pengolahan makanan
  • Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
  • Persyaratan peralatan yang digunakan
  • Pencemaran Lingkungan
—-Pencemaranlingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air pollution dan out door air pollution. Indoor air pollution merupakan problem perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis kereta api, dll. Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak balita. Mengenai masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah, berbagai analisis data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan. Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan resiko dampak pencemaran pada beberapa kelompok resiko tinggi penduduk kota dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5 kali lebih besar. Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang akumulatif,tentu akan lebih buruk di masa mendatang. Pembakaran hutan untuk dibuatlahan pertanian atau sekedar diambil kayunya ternyata membawa dampak serius, misalnya infeksi saluran pernafasan akut, iritasi pada mata, terganggunya jadual penerbangan, terganggunya ekologi hutan.(SUMBER:Yayan A. Israr, S.Ked. Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
DAFTAR PUSTAKA
  1. World Health Organization (WHO). Environmental Health. Disitasi dari : http://www.WHO.int. Last Update : Januari 2008
  2. Setiyabudi R. Dasar Kesehatan Lingkungan. Disitasi dari : http://www.ajago.blogspot.htm. Last Update : Desember 2007
  3. Departemen Kesehatan Repubik Indonesia.. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
  4. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
  5. Soeparman dan Suparmin. 2001.Pembuangan Tinja dan Limbah Cair : Suatu Pengantar. Jakarta : EGC.
  6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran

Monday, March 10, 2014

Perbedaan Keselamatan & Kesehatan Kerja

Sehat atau Selamat?

Dalam bidang ergonomi dan K3, kita tidak akan pernah lepas dengan istilah keselamatan kerja (occupational safety) dan kesehatan kerja (occupational health atau ada yang menyebutnya occupational hygiene). Setiap karyawan di industri atau bahkan mahasiswa K3, teknik industri, atau kedokteran pasti sudah tidak asing bahwa keselamatan dan kesehatan ini merupakan hal yang harus diutamakan saat bekerja atau dalam suatu sistem kerja. Tapi apakah Anda tahu perbedaan keselamatan dan kesehatan? Atau apakah menurut Anda keselamatan dan kesehatan itu sama? Pertanyaan seperti ini bisa sering muncul karena dalam sehari-hari kita menggunakan istilah ‘selamat’ dan ’sehat’ bercampuran dan terkadang ‘overlap’.

Sebatas intermezzo: Ketika akan melakukan perjalanan biasanya orang hanya menyebut “semoga selamat sampai tujuan”. Jika memang ternyata dia berhasil tiba di tujuan berarti orang lain biasanya akan menilai bahwa harapannya untuk selamat tercapai. Tapi bagaimana jika ternyata dalam perjalanannya dia sering pusing dan mabok karena AC kendaraan yang mati plus paparan matahari yang menyengat ditambah kurang air dan kurang makan? Apakah ini artinya dia selamat tapi tidak sehat? Ataukah dia sebenarnya tidak tergolong selamat? Atau Anda punya pendapat lain? Lalu bagaimana jika ternyata dalam perjalanan tersebut kendaraannya sempat sedikit menyerempet dan dia mendapatkan luka kecil di tangannya namun masih bisa melanjutkan dengan lancar sampai tujuan. Apakah itu tergolong selamat atau tidak?


Sebenarnya bagi kalangan profesional pun masih banyak ditemui kebingungan mengenai batas atau perbedaan antara keselamatan dan kesehatan. Namun hal yang disepakati adalah terdapat perbedaan antara keselamatan dan kesehatan walaupun letak perbedaannya memiliki banyak versi. Jadi keselamatan dan kesehatan merupakan dua hal yang serupa tapi tak sama alias berbeda. Dimana letak perbedaannya?

Dilihat dari definisi atau pengertiannya, keselamatan kerja secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suau pegetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sedangkan Kesehatan kerja diartikan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan social seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjannya. Dilihat dari definisi tersebut terlihat bahwa keselamatan kerja terpaku pada pemikiran dan upaya menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmaniah dan rohaniah juga untuk mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja, sedangkan kesehatan kerja bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif  atau kuratif terhadap penyakit / gangguan kesehatan yang di akibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.

Dari pengamatan saya ada tiga macam jenis versi perbedaan antara keselamatan dan kesehatan. Perbedaan versi pertama adalah yang menganggap bahwa keselamatan dan kesehatan itu adalah sesuatu yang berurutan atau anteseden. Sehat andalah kondisi akhir sedangkan selamat adalah proses atau syarat awal untuk mencapai kondisi sehat tersebut.

Perbedaan versi kedua adalah dari lingkupnya dimana kesehatan diartikan lebih luas cakupannya dari keselamatan dan keselamatan masuk dalam cakupan kesehatan itu. Hal ini karena keselamatan biasanya diasosiasikan dengan luka (injury atau damage) saja dan kesehatan biasanya diasosiasikan dengan penyakit (illness atau disease) dan juga dengan injury atau damage. Sehingga akan diperoleh kesan bahwa kesehatan lebih luas cakupannya dari keselamatan.

Perbedaan versi ketiga adalah yang memandang bahwa keselamatan dan kesehatan itu adalah sesuatu yang secara harafiah berbeda. Keselamatan lebih dekat maknanya dengan hal-hal yang bersifat akut sedangkan kesehatan lebih dekat maknanya dengan hal-hal yang bersifat kronis. Akut adalah suatu kondisi yang dirasakan dan timbul secara mendadak / tiba-tiba, berkelanjutan singkat serta biasanya cukup gawat sehingga harus segera diatasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akut ialah: “timbul secara mendadak dan cepat memburuk”. Sedangkan kronis adalah suatu kondisi yang timbul secara perlahan-lahan dan berlangsung lama, kadang-kadang sampai bertahun-tahun atau seumur hidup. Jadi keselamatan bertujuan untuk mencegah dampak yang dapat terjadi secara mendadak / tiba-tiba, maksud mendadak disini adalah terjadinya perubahan kondisi manusia dari kondisi normal ke kondisi yang tidak normal secara mendadak seperti kecelakaan kendaraan, jatuh dari ketinggian, terbakar, kekurangan oksigen di ruang pengap, terkena bahan kimia reaktif dll. Sedangkan kesehatan bertujuan untuk mencegah dampak yang timbul secara perlahan-lahan dab berlangsung lama, maksud secara perlahan-lahan disini adalah terjadinya perubahan kondisi manusia dari kondisi normal ke kondisi yang tidak normal dalam kurun waktu yang cukup lama (dampak akan terlihat dalam rentang waktu yang tidak sebentar), biasanya terkait dengan paparan (exposure), seperti paparan radiasi di tempat kerja, paparan cuaca panas atau tempat kerja bersuhu tinggi, paparan kebisingan di tempat kerja. Untuk versi yang ketiga ini bisa diasosiasikan dengan jumlah hazard yang terlibat, misalnya hazard temperatur panas, jika temperatur kerja tidak ideal tapi masih belum ekstrim misalnya 29 derajat celcius maka jika pekerja terus-menerus bekerja di suhu tersebut maka kemungkinan besar tidak akan terjadi gangguan keselamatan kerja namun yang terjadi adalah gangguan kesehatan kerja karena jika waktu terus berjalan maka kondisi si pekerja lama-lama akan berubah menurun misalnya turun berat badan, fatigue, stres dll. Tapi jika suhunya ekstrim misalnya 100 derajat celcius yang biasanya berkaitan dengan material seperti air panas, lelehan logam dll maka jika si pekerja terkena suhu tersebut sudah pasti si pekerja akan mengalami perubahan kondisi secara tiba-tiba misalnya terbakar, melepuh atau bahkan kematian dan ini berkaitan dengan keselamatan kerja.

Yang pasti keselamatan dan kesehatan adalah dua hal yang sangat penting dan harus diutamakan.

Monday, March 3, 2014

ROKOK ; GERBANG MENUJU TUMOR PARU


Merokok adalah faktor risiko utama yang menyebabkan tumor paru-paru. Lebih dari 80 persen tumor paru-paru di seluruh dunia terjadi karena kebiasaan merokok.

TUMOR paru adalah salah satu jenis tumor yang sulit disembuhkan. Sesuai namanya, tumor paru tumbuh di organ paru-paru. Tumor ini diakibatkan oleh sel yang membelah dan tumbuh tak terkendali pada organ paru. Tumor paru jika dibiarkan dapat berkembang menjadi kanker paru.

8 Bahaya Kabut Asap Bagi Kesehatan Manusia


Kabut asap di Riau
Kabut asap di Riau
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI, Prof dr Tjandra Yoga Aditama mengatakan, kabut asap dapat menjadi ancaman serius bagi kesehatan, lingkungan, dan kelestarian hayati. 

''Secara umum kabut asap dapat mengganggu kesehatan semua orang, baik yang dalam kondisi sehat maupun sakit,' ujar Tjandra.

Pada kondisi kesehatan tertentu, kata dia, orang akan menjadi lebih mudah mengalami gannguan kesehatan akibat kabut asap dibandingkan orang lain, khususnya pada orang dengan gangguan paru dan jantung, lansia, dan anak-anak.
 
Berikut 8 gangguan gangguan kesehatan yang dapat terjadi akibat kabut asap.

1. Kabut asap dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, serta menyebabkan reaksi alergi, peradangan dan mungki juga infeksi.

2. Kabut asap dapat memperburuk asma dan penyakit paru kronis lain, seperti bronkitis kronik, PPOK dll. 

3. Kemampuan kerja paru menjadi berkurang dan menyebabkan orang mudah lelah dan mengalami kesulitan bernapas.

4. Mereka yang berusia lanjut dan anak-anak (juga mereka yang punya penyakir kronik) dengan daya tahan tubuh rendah akan lebih rentan untuk mendapat gangguan kesehatan

5. Kemampuan paru dan saluran pernapasan mengatasi infeksi berkurang , sehingga menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi.

6. Secara umum maka berbagai penyakit kronik juga dapat memburuk

7. Bahan polutan di asap kebakaran hutan yang jatuh ke permukaan bumi juga mungkin dapat menjadi sumber polutan di sarana air bersih dan makanan yang tidak terlindungi

8. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) jadi lebih mudah terjadi, utamanya karena ketidak seimbangan daya tahan tubuh (host), pola bakteri/virus dll penyebab penyakit (agent) dan buruknya lingkungan (environment).