Saturday, January 25, 2014

4 Metode Pengendalian Resiko Bahaya Kimia


Untuk pengendalian bahaya kimia, ada empat tipe pengendalian yang dapat dilakukan, yaitu inherent, active, passive dan procedural
1.  Inherently Safer Alternative (ISA).
ISA adalah strategi pengendalian bahaya dengan cara mengganti bahan baku atau proses berbahaya dengan bahan baku atau  proses yang tingkat bahayanya lebih rendah. Saat yang paling tepat melakukan ISA adalah pada saat awal pengembangan produk atau proses (development stage). Ada empat strategi yang dapat dilakukan dalam ISA, yaitu:

  • Miminize; menggunakan bahan kimia berbahaya dalam jumlah kecil, baik selama penyimpanan, proses maupun pengiriman. Dengan mengurangi jumlah bahan kimia maka resiko dari bahan tersebut juga menjadi lebih kecil jika dibandingkan dengan jumlah yang lebih besar.
  • Subtitute; mengganti bahan kimia yang berbahaya dengan bahan kimia yang kurang berbahaya. Misalnya pelarut organik yang bersifat mudah terbakar diganti denga air.
  • Moderate; jika dua hal diatas tidak bisa dilakukan maka kita dapat melakukan proses atau penyimpanan pada kondisi yang lebih aman, misalnya pengenceran, penyimpanan dengan suhu yang lebih rendah, proses yang lebih sederhana dan sebagainya. Sehingga laju reaksi atau energi yang reaksi yang dihasil lebih rendah jika dibandingkan dengan kondisi normal.
  • Dilution; melarutkan untuk mengurangi tingkat bahaya reaktifitas, baik pada saat proses produksi maupun penyimpanan. 
2.  Passive Control
Passive control adalah mengurangi bahaya atau resiko dengan merancang proses dan peralatan yang lebih aman. Passive control dapat mengurangi frekuensi atau konsekuensi dari bahaya tersebut tanpa fungsi aktif peralatan apapun, misalnya tempat penampungan (contaiment), dinding tahan api, pipa atau tangki yang tahan terhadap tekanan tinggi. 
3. Active Control
Active control menggunakan sistem engineering control, misalnya safety interlock, emergency shutdown system, smoke detector dan lain sebagainya. 
4. Procedural Control
Procedural control disebut juga administrative control, yaitu proses pengendalian dengan cara membuat prosedur administratif menggurangi bahaya dan resiko dari reaktifitas kimia. Misalnya work

Program APD:

  •  Form Merancang Program APD:
    • Pastikan metode “hirarki kontrol” seperti eliminasi,substitusi,rekayasa enjinering,dan kontrol administratif adalah pertahanan pertama. APD adalah garis pertahanan terakhir.
    • Pastikan partisipasi aktif dari semua pihak.
    • Pastikan bahwa koordinator program telah ditunjuk.
    • Kembangkan tahapan program dengan timing yang jelas.
    • Re-evaluasi program secara berkelanjutan.

  • Strategi Promosi.
    • Publikasikan dan komunikasikan komitmen terhadap program ini.
    • Pastikan kebijakan perusahaan telah dirumuskan secara jelas dan singkat.
    • Kembangkan program pelatihan.

  • Survei Tempat Kerja
    • Mengkaji praktek-praktek kerja,prosedur kerja,peralatan dan tata letak peralatan proses.
    • Gunakan teknik analisis bahaya pekerjaan (JSA) untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kedalam praktek kerja atau operasi tertentu.
  •   Seleksi
    • Pilih APD yang cocok dengan bahaya ditempat kerja.
    • Dapatkan rekomendasi untuk pilihan yang tepat.
    • Lakukan uji coba ditempat tempat kerja.
    • Pertimbangkan kenyamanan fisik APD.
    • Mengevaluasi pertimbangan biaya penggunaan APD.
    • Pastikan APD memenuhi standar / sertifikasi (NIOSH,ANSI,SNI).

  • Pengunaan
    • Pastikan program APD mencakup penggunaan secara individu.
    • Lakukan survei penggunaan untuk memastikan APD dipakai dengan benar.

  • Pemeliharaan
    • Memastikan bahwa pekerja tahu bagaimana melakukan pemeliharaan rutin dan pemeriksaan  APD mereka.
    • Pastikan bahwa para pekerja dapat mengidentifikasi masalah potensial atau cacat pada APD baik selama pemeriksaan pra-penggunaan atau saat memakai / menggunakan.

  •  Pelatihan
    • Pastikan semua pengguna,supervisor dan pekerja sudah mendapatkan pelatihan APD.
    • Pastikan bahwa program pendidikan berjalan secara terus menerus.
  •  Audit Program
    • Program review setidaknya dilakukan satu kali dalam satu tahun.
    • Review dan bandingkan kinerja produksi dan keselamatan.
  •  Tanggung jawab pekerja meliputi:
    • Pastikan anda mengenakan APD yang tepat untuk pekerjaan anda. Tanyakan kepada atasan atau petugas keselamatan jika anda tidak yakin dengan APD yang anda gunakan.
    • Periksa APD sebelum dan setelah digunakan.
    • Jaga dan rawat APD setiap saat.
    • Bersihkan semua APD setelah digunakan.
    • Memperbaiki atau mengganti  APD yang rusak.
    • Simpan APD di udara kering yang bersih –bebas dari paparan sinar matahari atau kontaminan.
    • Pastikan anda telah mendapatkan pelatihan memilih APD yang tepat,memakai APD,dan memelihara APD.
    • Pastikan program pelatihan mencakup informasi yang menjelaskan kapan dan apa APD harus digunakan,dan mengapa APD harus dipakai.

Bagaimana memilih pakaian tahan api yang tepat untuk pekerjaan



Menurut MVMFR.com, pakaian tahan api ditandai sebagai bahan yang mampu memadamkan diri Begitu sumber api akan dipadamkan. Bagi mereka dalam profesi yang membutuhkan pakaian seperti itu, harus mengetahui apa pakaian tergolong sebagai tahan api yang dapat membuat perbedaan antara cedera ringan dan luka bakar tingkat tiga.

Tuesday, January 7, 2014

IDENTIFIKASI BAHAYA BAHAN KIMIA

Dalam upaya memastikan bahan kimia yang berbahaya ada di tempat kerja, maka perlu dilakukan identifikasi awal.

Identifikasi awal dapat dilakukan berdasarkan pada:
1.   Data bahan kimia yang diterima oleh pihak gudang.
2.   Bahan kimia yang biasa dipergunakan oleh suatu tempat kerja.
3.   Proses yang ada.

Identifikasi awal yang dilakukan secara umum memakai format berikut:

PENGENALAN BAHAN KIMIA BERACUN DAN BERBAHAYA SERTA TEKNIK PREPARASI BAHAN

A. PENGENALAN BAHAN B3
1. Petunjuk umum untuk menangani buangan sampah.
Semua bahan buangan atau sampah seharusnya dikumpulkan menurut jenis bahan tersebut. Bahan-bahan tersebut ada yang dapat didaur ulang dan ada pula yang tidak dapat didaur ulang. Bahan yang termasuk kelompok bahan buangan/sampah yang dapat di daur ulang antara lain gelas, kaleng, botol baterai, sisa-sisa konstruksi bangunan, sampah biologi seperti tanaman, buah-buahan, kantong the dan beberapa jenis bahan-bahan kimia. Sedangkan bahan-bah`n buangan yang tidak dapat didaur ulang atau yang sukar didaur ulang seperti plastik hendaknya dihancurkan. Karena belum ada aturan yang jelas dalam cara pembuangan jenis sampah di Indonesia, maka sebelum sampah dibuang harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan pengurus atau pengelola laboratorium yang bersangkutan.