Tuesday, November 12, 2013

Think Safety, Work Safely - 6 Elements of a Good Safety Attitude

Promoting a safe environment and preventing injury in the workplace is a top priority for all employers.  Securitas's latest Security Spotlight article, "Think Safety, Work Safely", discusses the importance of taking a proactive rather than reactive approach toward safety training.  It discusses ways to avoid slips and falls and implement a safety program within your company.  Security patrols and ongoing training for security personnel and employees are just a couple examples of how to get started.

Saturday, November 9, 2013

Dampak Kurang Tidur & Kelelahan Berlebihan Pada Kesehatan dan Keselamatan

 Health & Medical - HES Team
 Tujuan
§  Pada akhir sesi ini, para peserta diharapkan mengetahui mengenai:
-  Definisi dari tidur dan kurang tidur-  Mengapa tidur itu penting-  Bagaimana mencegah kurang tidur.-  Definisi dari kelelahan berlebihan-  Apa saja tanda - tanda dan penyebab kelelahan berlebihan -  Bagimana mencegah terjadinya kelelahan berlebihanTidur Yang Normal

§  Beberapa definisi dari tidur:

Thursday, November 7, 2013

Manajemen Resiko (Risk Management) K3

Oleh: dr. Ikhwan Muhammad

Manajemen resiko adalah usaha untuk menghilangkan atau meminimalisir sumber bahaya di tempat kerja

Prinsip HIRARC

Prinsip dasar dalam manajemen resiko K3 dikenal dengan singkatan HIRARC, yang terdiri dari Hazard Identification, Risk Assessment, dan Risk Control. Ketiga poin ini merupakan alur berkelanjutan dan dijalankan secara bertahap. Gambaran proses nya secara sederhana adalah sebagai berikut:
  1. Langkah pertama untuk mengurangi kecenderungan kecelakaan atau PAK (Penyakit Akibat Kerja) adalah dengan Hazard Identification atau dengan mengidentifikasi sumber bahaya yang ada di tempat kerja.
  2. Langkah kedua dengan melakukan Risk Assessment atau dengan menilai tingkat resiko timbulnya kecelakaan kerja atau PAK dari sumber bahaya tersebut.
  3. Langkah terakhir adalah dengan melakukan Risk Control atau kontrol terhadap tingkat resiko kecelakaan kerja dan PAK

Ledakan Pabrik di Texas dalam Perspektif K3

Olehdr.Ikhwan Muhammad

Ledakan pabrik pupuk di Texas

Pada tanggal 18 April 2013 kemarin, terjadi ledakan di sebuah pabrik pupuk di Waco, Texas, yang menewaskan hingga 15 orang, dan melukai hingga 160 orang. Tragisnya, dokumen laporan rutin yang diberikan perusahaan tersebut pada tahun 2006 menyatakan bahwa tidak ada bahaya api atau ledakan di pabrik. Perusahaan mengklaim, kemungkinan terburuk hanya kebocoran gas ammonia dalam jumlah kecil yang tidak akan membahayakan siapapun. 

Setelah melalui prosedur investigasi insiden, diketahui bahwa tidak ada inspeksi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di pabrik tersebut selama 5 tahun terakhir. Dalam hal ini badan yang bertanggung jawab untuk melakukan inspeksi di Amerika Serikat (AS) adalah OSHA (Occupational Safety and Health Administration). 

OSHA sendiri merupakan badan khusus pemerintah di bidang OHS (Occupational Health and Safety) atau K3 di Indonesia. Dalam jangka waktu 5 tahun terakhir, OSHA baru melakukan inspeksi ke 5 pabrik pupuk di Texas, sayangnya pabrik tempat insiden ini terjadi bukan salah satunya. Kelalaian OSHA dalam melakukan inspeksi berawal dari krisis pendanaan yang dialami badan ini. Krisis ini mengakibatkan OSHA terpaksa kehilangan banyak karyawan. Sebagai gambaran, dengan sumber daya yang ada sekarang, OSHA hanya dapat melakukan inspeksi ke sebuah pabrik per 169 tahun sekali! 

Selain OSHA yang bertugas secara umum, AS juga memiliki badan khusus yang bertugas memantau keamanan bahan kimia yang disebut CSB (Chemical Safety Board). Namun nampaknya, nasib CSB juga tidak lebih baik. 

Menurut berbagai sumber, CSB juga sudah lama memiliki masalah dalam pendanaan kegiatannya. 10 juta USD yang disediakan pemerintah dianggap tidak cukup, mengingat luasnya cakupan tanggung jawab CSB, yaitu memantau adanya pelanggaran terkait bahan kimia di setiap pabrik di AS. CSB sendiri kini bertugas melakukan investigasi terhadap kecelakaan tersebut. Sebelumnya CSB telah menerima berbagai kritik terhadap kelalaiannya melaksanakan investigasi dengan segera. 

Akibat human error? 

Sudah lama paradigma K3 di dunia bergerak dari budaya menyalahkan human errorke organizational error. Setiap kecelakaan kerja yang terjadi diyakini merupakan sebuah kondisi laten akibat kelalaian sistem; daripada semata-mata kelalaian individu. Hal ini esensial untuk mencegah berulangnya insiden yang sama. Ibarat gunung es, kelalaian individu atau human error hanya manifestasi kecil dari tumpukan masalah dalam sistem manajemen di perusahaan. 

Lebih jauhm, Reason (1997) mengemukakan teori Swiss Cheese Model, dimana terjadinya suatu insiden diumpamakan akibat adanya lubang-lubang pada lapisan-lapisan pertahanan. Lapisan pertahanan ini sendiri adalah hal-hal yang dibentuk untuk menghalangi terjadinya kecelakaan, bentuknya bermacam-macam, misalnya peraturan keselamatan, alat pengaman, sampai alat pelindung diri. Sedangkan lubang-lubang pada lapisan pertahanan ini bisa disebabkan baik karena kelalaian individu maupun kelalaian sistem. Ketika setiap lubang pada lapisan menimbulkan satu garis lurus, maka terjadilah kecelakaan. 

Reason Swiss Cheese Model

Bagaimana dengan Indonesia? 

Sepatutnya ini bisa menjadi bahan kontemplasi, terutama untuk para pejabat public, agar lebih menaruh perhatian ke bidang K3, yang selama ini dipandang sebelah mata di Indonesia. 

Sebagai perbandingan, insiden ini terjadi di AS yang memiliki OSHA, yang notabene sudah lama menjadi kiblat dunia dalam praktek K3. Belum lagi adanya tuntutan untukmengaplikasikan Occupational Health Safety Management System (OHSMS) bagisemua perusahaanBahkan dengan 

Bisa dibayangkan dengan kondisi K3 di Indonesia saat ini, insiden serupa akan lebih susah diterapi. Bahkan mungkin banyak bahaya-bahaya laten di berbagai pabrik yang belum terpantau,. Semoga ini bisa menjadi pelajaran buat kita semua, agar makin peduli dengan kondisi pekerja-pekerja pahlawan devisa. Salam K3! 

Referensi 

Reason, James T. Managing the risks of organizational accidents. Vol. 6. Aldershot: Ashgate, 1997.